DOKTER BALIK MODALNYA KAPAN?

Kata-kata balik modal itu mungkin akan terdengar pas di telinga kita jika yang bicara merupakan seorang pedagang atau pengusaha yang berhubungan dengan barang dagangan. dan kata-kata itu akan sangat pas sekali di dukung dengan adanya perhitungan ekonomis balik modal dapat dicapai dalam beberapa tahun, seingat saya pernah menghitungnya di pelajaran ekonomi sewaktu smp.

Apa yang terjadi bila seorang dokter yang memiliki anggapan “balik modal” di kepalanya. memang menjadi dokter sekarang ini tidak murah, apalagi seorang dokter gigi yang diwajibkan membeli peralatan-peralatan yang harganya tidak murah untuk keberlangsungan proses prakteknya, dan logis apabila di rumah orang tuanya sudah bertaruh semua yang mereka miliki untuk menyokong anaknya menjadi dokter, walau pada kenyataan sekarang justru banyak anak yang berada yang bisa menjadi dokter. namun persepsi balik modal itu melekat di kepala hampir sebagian besar dokter. Tentu hal ini memiliki dampak negatif, jelas sekali kita bisa lihat di masyarakat bagaimana ratio jumlah dokter di kota dan dokter yang mau berpraktek di daerah terpencil. dimana lagi jiwa seorang dokter yang  dulu kita lihat di film2 jaman dulu, mereka tinggal di daerah terpencil mengabdikan dirinya. berapa banyak jumlah dokter di indonesia yang mau membuka prakteknya di daerah yang tergolong terpencil apa lagi yang sangat terpencil dimana listrik dan air belum ada.

Tentu ada  yang salah pada bangsa kita, dimana letak kesalahannya itu, apakah karena doktrin yang salah, apakah karena biaya sekolah yang tidak murah, bayangkan saja apakah keluarga sederhana yang berpenghasilan 5 juta sebulan dengan 3 orang anak menyekolahkan anaknya di universitas X yang biaya masuknya bisa mencapai 90juta untuk menjasdi dokter dan dengan uang semester mencapai belasan juta. ini yang namanya negara merdeka, dimana pendidikan dokter sebegitu mahalnya. walaupun di universitas negeri masih ada juga yang menyediakan fasilitas Rp.O dari masuk hingga lulus untuk menjadi dokter, tapi ada berapa banyak yang seperti itu.

hati saya miris mendengar cerita dosen saya ketika ada anak yang kurang mampu mendapat  beasiswa hingga bebas biaya hingga lulus namun tetap pergi menghadap beliau dan berkata anaknya tidak mampu kuliah karena orang tuanya tidak mampu memberikan uang kos dan uang makan kepada anaknya tersebut. bayangkan jika anak itu koas nanti jika saja dia dokter gigi apakah dia mampu membayari pasien (tidak usah tutup mata terhadap fakta yang ada bahwa hidup koas jauh lebih keras secara mental maupun materi)

ada yang salah  dengan sistem di negeri kata, apa yang dapat kita lakukan hanya berkacamata kah, adakah yang  masih peduli terhadap sistem pendidikan ini, dimana si kaya bisa dengan mudah masuk universitas yang dia inginkan. apakah sekarang uang lebih berbicara daripada kemampuan seseorang….

song of the day “coba katakan-maliq n d’ essential”

coba coba katakan kepadaku bahwa kita sedang berjalan menuju satu alasan,

janganlah kau katakan bila kita memang tak ada tujuan, dari apa yang dijalankan,

aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan,

terlena akan manis cinta dan berujung kecewa,

aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti,

lebih baik kita menangis dan terluka hari ini..

coba coba katakan kepadaku sekali lagi bila kita memang benar akan kesana,

buktikan dan buat aku percaya bahwa kita bisa, mewujudkan bahagia,

aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan,

terlena akan manis cinta dan berujung kecewa,

aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti,

lebih baik kita menangis dan terluka hari ini..

ohh.. oh.. habis sudah semua rangkai kata..

telah terungkap semua yang kurasa..

yang kuingin akhir yang bahagia.. hoo..

aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan,

terlena akan manis cinta dan berujung kecewa,

aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti,

lebih baik kita menangis dan terluka..

aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan,

terlena akan manis cinta dan berujung kecewa,

aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti,

lebih baik kita menangis dan terluka hari ini..

wohoho.. dudududu…

wohoho.. dudududu…

yang ku inginkan..

satu tujuan..

sebuah kenyataan..

bukan impian..

bukan harapan..

bukan alasan..

satu kepastian..

coba katakan..

coba katakan..

coba katakan..

coba katakan..

link download lagu:

http://www.4shared.com/file/104764469/27975f1/Maliq__dEssentials_-_Coba_Kata.html?s=1

today feeling…

When you try your best, but you don’t succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can’t sleep
Stuck in reverse
And the tears come streaming down your face
When you lose something you can’t replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

BRUXISM

Kasus III

Seorang ibu dari 2 orang anak umur 38 tahun mengeluhkan sering merasa nyeri tajam, pada region kiri maksila sejak 3 minggu yang lalu. Dia tidak bisa menunjukkan lokasi yang tepat gigi penyebab rasa nyeri. Rasa nyeri datang tiba – tiba, sehingga menyebabkannya terbangun di pagi hari. Sekarang rasa sakit terus menerus dengan intensitas naik turun. Rasa nyeri kambuh bila untuk mengunyah di sisi kiri dan untuk minum air dingin. Kondisi memburuk pada waktu malam ketika akan pergi tidur. Menurut keterangan dari suaminya pasien tersebut kerot (night grinding)ketika tidur. Tidak ada riwayat trauma pada muka atau leher dan tidak merasakan adanya keterbatasan gerakan rahang maupun klicking pada TMJ.

Pada pemeriksaan klinis:

Relasi oklusi Klas II Angle divisi I, gigi lengkap, tapi tampak adanya abrasi dan atrisi tonjol – tonjol gigi – gigi kaninus, premolar, dan molar. Hipersensitivitas ditemukan pada 3 buah gigi. Rasa nyeri tajam bila menggigit pada gigi molar dua kiri atas dan bawah, pada sondasi ditemukan adanya retak halus.

Buatlah resep untuk ibu tersebut untuk mengurangi rasa nyerinya. Menurut keterangan ibu tersebut menderita sakit tukak lambung.

DIAGNOSIS

– Pasien mengalami bruxism, menyebabkan abrasi dan atrisi pada tonjol gigi

– Rasa nyeri tajam dan kambuh-kambuhan menunjukan adanya hipersenstifitas dentin, hal ini juga ditunjukan dengan adanya retak halus pada saat sondasi.

-Tukak lambung menyebabkan asam lambung kembali ke mulut, sehingga dapat meningkatkan tingkat keasaman mulut.

URAIAN PENYAKIT

1.BRUXISM

Bruxism merupakan kebiasaan grinding (menggesek-gesekan gigi) ataupun clenching (mengatupkan rahang atas dan bawah kuat-kuat). Biasanya dilakukan secara tidak sadar ketika seseorang berada dalam situasi yang membuatnya merasa stres atau cemas, bahkan dapat pula dilakukan ketika sedang tidur. Kebiasaan bruxism yang parah dapat membuat email di permukaan kunyah gigi menjadi menipis bahkan bisa menimbulkan keretakan pada struktur gigi dan merusak tambalan gigi yang ada. Akibatnya gigi-gigi akan terasa linu ketika makan atau minum. Kondisi ini biasanya terjadi pada lebih dari satu gigi. Selain berpengaruh ke gigi, bruxism juga dapat menimbulkan gangguan pada sendi rahang, sakit kepala ketika bangun pagi, dan rasa sakit pada daerah wajah yang tidak jelas penyebabnya. Penderita bruxism disebut bruxers. Ada juga yang menyebutnya bruxomania.

ü  PENYEBAB BRUXISM                                                                                        .
*Stress
*Premature contact ataupun maloklusi                                                                  .
*Cedera pada otak                                                        .
*Gejala penyakit saraf dan otot wajah                                                                             .
*Efek samping obat-obatan psikiatrik (fluoxetine, sertraline dan paroxetine)                               .
*Rokok, alkohol, kafein

.

Penyebab bruxism tidak sepenuhnya dimengerti. Pada orang dewasa, faktor psikologi dianggap berperan. Faktor tersebut antara lain (MayoClinic,2007) :

  1. Kecemasan, ketegangan, dan stress.
  2. Kemarahan yang terpendam, atau frustrasi.
  3. Tipe kepribadian agresif, kompetitif, dan hiperaktif.

Sedang pada anak, bruxism dianggap berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi serta rahang. Tetapi, beberapa ahli juga percaya bahwa faktor psikologi mempunyai andil terhadap timbulnya bruxism pada anak. Walaupun bruxism dilaporkan terjadi pada 30% anak, yang sebagian besar berusia di bawah 5 tahun, kebanyakan diantara mereka akan sembuh setelah gigi susu mereka berganti dengan gigi tetap (MayoClinic,2007).

Pada beberapa kasus, bruxism tidak disebabkan oleh keadaan psikologi atau kondisi gigi dan rahang, tetapi merupakan komplikasi dari kelainan seperti penyakit Huntington dan Parkinson. Beberapa obat antidepresi tertentu juga dapat menimbulkan efek samping bruxism, tetapi hal ini jarang terjadi. Biasanya, bruxism ringan dan tidak menimbulkan komplikasi serius. Tetapi pada beberapa orang, bruxism bisa berat sehingga menimbulkan :

  1. Kerusakan permukaan gigi akibat seringnya dan kuatnya gesekan.
  2. Gangguan sendi rahang
  3. Sakit kepala
  4. Nyeri wajah
  5. Terganggunya tidur orang di sekitarnya.
  6. dll

Tujuan pengobatan bruxism adalah mencegah kerusakan gigi lebih lanjut, mengurangi nyeri akibat bruxism, dan mengurangi perilaku mengadu gigi semaksimal mungkin (MedlinePlus,2006).

ü TERAPI
Terapi bruxism ada bermacam-macam tergantung dari penyebabnya:                             .
a.Stress:
Psikoterapi, teknik relaksasi, obat-obatan untuk relaksasi otot rahang. Apabila terapi konvensional ini tidak berhasil dapat dilakukan penyuntikan botulinum toxin (botox) untuk melemaskan otot rahang.                                .
b. Maloklusi ataupun premature contact: :
Occlusal adjustment, restorasi gigi (onlay atau crown), ortodontik.                                               .
c. Cedera otak atau penyakit saraf dan otot: :
Dengan terapi konvesional, apabila tidak berhasil dilakukan penyuntikan botox.
d. Obat-obatan psikiatrik: :
Mengganti obat ataupun menghentikan penggunaannya dan menggantinya dengan bentuk terapi yang lain.                                                                                                 .
e. Melindungi gigi dari kebiasaan bruxism .

bruxism attrition night guard, untuk mencegah kerusakan gigi akibat bruxism, dapat digunakan night guard. Night guard merupakan suatu plat yang dibuat untuk menutupi permukaan kunyah gigi. Alat ini dipakai ketika tidur untuk melindungi gigi dan menghentikan kebiasaan bruxism ketika tidur.                                                                .

Untuk mengurangi kerusakan gigi biasanya digunakan pelindung gigi. Alat ini terbuat dari bahan yang lunak. Dengan alat ini, gesekan langsung antar gigi atas dan bawah tidak terjadi.

Nyeri akibat bruxism dapat dikurangi antara lain dengan melakukan relaksasi dan pemijatan otot wajah dan rahang, bahu, dan leher, serta menghindari makanan yang keras seperti kacang-kacangan. Kompres dingin atau hangat juga dapat diberikan pada rahang yang membengkak.

Perilaku mengadu gigi atau bruxism kadangkala dapat dikurangi dengan manajemen stres, psikoterapi, mengubah perilaku (agresif, kompetitif, hiperaktif) dengan behaviour modification, biofeedback, dll.

2.HIPERSENSITIFITAS DENTIN

Hipersensitifitas dentin adalah rasa sakit (dentinalgia) terjadi pada dentin akar gigi yang terbuka karena adanya rangsangan dan luar seperti taktil, panas, dingin, kimiawi serta osmotik (Prijantojo, 1996). Khususnya di daerah yang kehilangan lapisan periodontal. Dentin hipersensitif dihubungkan dengan adanya abrasi ketika menggosok gigi, penyakit periodontal, erosi dari makanan atau asam lambung dan mungkin meningkatnya scalling dan perawatan akar. Hal ini terjadi karena kurangnya perlindungan dentin oleh sementum, hilangnya smear layer dan pergerakan hidrodinamik cairan di tubulus dentin. Apabila dilihat dari Scanning Electron Microscopy, permukaan dentin hipersensitif  terlihat banyak tubulus dentin yang terbuka, fraktur, dan permukaannya sangat halus (Cohen dan Hargreaves, 2006).

Terbukanya permukaan akar gigi ini memungkinkan terbukanya lapisan dentin akar gigi dan dapat terjadi tanpa terkikisnya lapisan semen, karena pada sekitar 5-10% gigi yang erupsi, dentin terbuka pada daerah cemento enamel junction (Prijantojo, 1996). Lapisan sementum yang tipis seringkali hilang seperti resesi gingiva yang mengakibatkan sementum terlihat ke lingkungan oral (Cohen dan Hargreaves, 2006).

Berdasarkan teori hidrodinamika dikemukakan bahwa rangsangan yang menyebabkan rasa sakit diteruskan ke pulpa dalam suatu mekanisme hidrodinamik yaitu pergerakan cairan secara cepat pada tubulus dentin. Gerakan cairan ini akan mengubah bentuk odontoblas atau prosesusnya sehingga menimbulkan rasa sakit (Markowit, 1990 sit. Prijantojo, 1996). Berkurangnya pergerakan cairan dalam tubulus dentin akan mengurangi rasa sakit yang akibat adanya rangsangan(Berman, 1984 sit. Prijantojo, 1996). Teori hidrodinamik diaplikasikan untuk pemahaman mekanisme terjadinya dentin hipersensitif (Cohen dan Hargreaves, 2006).

Meskipun awalnya dentin sangat sensitif, namun dalam beberapa minggu sensitivitasnya akan menurun. Penurunan sensitivitas ini terjadi akibat adanya deposit mineral di dalam tubulus secara berangsur-angsur (Cohen dan Hargreaves, 2006). Hal ini terjadi karena adanya desensitisasi hipersensitivitas dentin yaitu suatu usaha untuk menghilangkan atau mengurangi terjadinya rasa sakit akibat adanya rangsangan (Branstrom dan Astrom, 1973 sit. Prijantojo, 1996). Salah satu cara untuk menghambat pergerakan cairan dalam tubulus dentin adalah dengan cara merangsang mineralisasi dentin peritubuler sehingga saluran dalam tubulus dentin mengecil dan aliran cairan dalam tubulus dentin menjadi berkurang (Berman, 1984 sit. Prijantojo, 1996). Desensitisasi didasarkan atas teori yang menyatakan bahwa rangsangan melalui dentin yang terbuka, yang melebihi daya tahan fisiologis akan menimbulkan rasa sakit. Salah satu pertahanan fisiologis terhadap iritasi pulpa adalah terbentuknya dentin sekunder (Branstrom dan Astrom, 1973 sit. Prijantojo, 1996).

Di samping pembentukan dentin sekunder, kalsifikasi dentin peritubuler juga meningkat sehingga terjadi penyumbatan dentin peritubuler. Penyumbatan dentin peritubuler secara alamiah oleh kristal-kristal kalsium merupakan pertahanan fisiologis gigi untuk mengurangi hipersensitivitas dentin (Berman, 1984 sit. Prijantojo, 1996).

  • Ø TREATMENT

Penjelasan mengenai dentin sensitif belumlah jelas, berbagai perawatan untuk dentin sensitif belum ada metode yang sempurna. Memang, kebanyakan cara yang efisien untuk merawat dentin yang sensitive adalah dengan memblok tubulus dentinalis. Sehingga mencegah stimulus akhiran syaraf di pulpa. Paghambatan dapat dilakukan dengan berbagai cara material restorasi telah digunakan dengan berbagai hasil. Tapi pengenalan dari agen bonding hidrofilik menandai perkembangan adesi tubulus dentin. Berbagai jalur noninvasif yang telah ditemukan untuk menghambat tubulus dentinalis

Perawatan untuk gigi hipersensitif adalah dengan mengurangi diameter fungsional tubulus dentin untuk membatasi pergerakan cairan. Terdapat 4 contoh perawatan dibawah ini, yaitu :

  1. Formasi smear layer pada dentin sensitif mengkilapkan di permukaan akar yang terekspos.
  2. Mengaplikasikan agen tertentu seperti oksalat yang membentuk presipitasi yang tak terlarut dalam tubulus. Dalam percobaan klinis garam oksalat telah menunjukan metode yang paling bagus. Ion oksalat bereaksi dengan ion kalsium pada cairan dentin, menghasilkan presipitasi kalsium oksalat pada tubulus. Hal ini mengurangi diameter fungsional, sehingga membatasi pergerakan cairan. Ion potassium dapat mengurangi aktivitas syaraf dan sebaiknya ditambahkan untuk mendapatkan efek untuk preparasi.
  3. Mengaplikasikan agen seperti hydroxhyethyl methacrylate (HEMA) dengan atau tanpa glutaraldehyde yang melewati  tubulus dengan protein plasma yang terpresipitasi di cairan dentin.
  4. Mengaplikasikan agen bonding untuk melapisi tubulus

Dentin sensitif dapat dimodifikasi dengan irradiasi, namun perlu juga memperhatikan efeknya terhadap pulpa. (Cohen dan Hargreaves, 2006)

  • PENGARUH RESTORASI GIGI TERHADAP DENTIN

Ada beberapa anggapan bahwa gigi pasca perawatan endodontik akan menjadi rapuh karena menurunnya kekenyalan akibat kehilangan cairan di tubulus dentin setelah pulpa diangkat. Namun dari hasil penelitian anggapan ini tidak seluruhnya benar. Sampai penelitian terakhir tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata baik kekuatan, kekerasan, maupun ikatan kolagennya. Perbedaan kandungan cairan pada dentin vital dan pasca endodonsi tidak begitu terlihat, kecuali pada dentin gigi yang telah dirawat endodonsi selama lebih dari 10 tahun ( Walton dan Torabinejad, 1998).

Dalam penggunaan tumpatan, yang memerlukan asam etsa untuk meningkatkan perlekatan tumpatan pada dentin ternyata asam etsa yang berkontak tersebut dengan dentin dapat berpenetrasi ke dalam tubuli dentin secara tidak langsung. Asam dapat membuat dentin menjadi rapuh karena proses demineralisasi(Pashley, dkk, 1992)

Semen glass ionomer mampu menutupi tubuli dentin guna mencegah reaksi pulpa terhadap asam fosfat (Andreaus, 1987). Selain itu, glass ionomer juga membantu proses remineralisasi internal jika ditempatkan langsung di atas dentin (Donly dan Brown ,2007) Semen glass ionomer digunakan karena semen ini dapat berikatan secara fisikokomiawi baik pada email maupun pada dentin(Sidharta, 1991).

Aplikasi semen glass ionomer dianjurkan sebagai semen dasar sebelum aplikasi asam etsa pada restorasi resin komposit (Davidson dan Suzuki, 1999). Hal ini dilakukan karena glass ionomer dapat melapisi tubuli dentin sehingga mencegah sensitivitas gigi (Katsuyama, 1993).

3.Tukak Lambung

Tukak lambung atau Peptic Ulcer Disease (PUD) dapat diartikan sebagai luka pada lambung atau usus duodenum karena terjadi ketidakseimbangan antara faktor agresif seperti sekresi asam lambung, pepsin dan infeksi bakteri Helicobacter pylori dengan faktor defensif/faktor pelindung mukosa seperti produksi prostaglandin, gastric mucus, bikarbonat dan aliran darah mukosa. Singkatnya, tukak lambung merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang ditunjukkan dengan terjadinya kerusakan mukosa lambung bisa karena sekresi asam lambung berlebih, infeksi H. pylori, maupun produksi prostaglandin yang berkurang. Dari namanya, tukak lambung biasa terjadi di perut (lambung) dan usus duodenum proximal. Meskipun angka kejadiannya sedikit, tukak lambung dapat terjadi di esofagus bagian bawah, duodenum distal atau jejunum.

Infeksi bakteri H. pylori dan penggunaan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) menjadi penyebab utama terjadinya tukak lambung. H. pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang hidupnya pada bagian gastrum antrum. Bakteri ini bersifat patogen. H. pylori menghasilkan sitotoksin yang dapat memecah pertahanan mukus kemudian menempel di sel epitel lambung atau usus 12 jari. Di lambung, bakteri akan menghasilkan karbondioksida, amonia dan produk lain seperti protease, katalase, dan fosfolipase yang bersifat toksik. Produk-produk yang dihasilkan akan terakumulasi sehingga merusak pertahanan mukosa lambung dan menyebabkan ulcerasi atau tukak. Selain H. pylori, penggunaan obat NSAID (contohnya aspirin, piroxicam, ibuprofen, meloxicam, celecoxib, trisalicylate, dll) menjadi penyebab lain dari tukak lambung. Menurut Dipiro, obat NSAID dapat menyebabkan tukak lambung melalui 2 cara, mengiritasi epitelium lambung secara langsung atau melalui penghambatan sintesis prostaglandin. Namun, penghambatan sintesis prostaglandin merupakan faktor dominan penyebab tukak lambung oleh NSAID. Prostaglandin merupakan senyawa yang disintesis di mukosa lambung yang melindungi fungsi fisiologis tubuh seperti fungsi ginjal, homeostasis, dan mukosa lambung. Faktor lain yang memicu tukak lambung adalah kebiasaan merokok dan stress. Mekanisme yang terjadi belum diketahui pasti namun diduga produksi prostaglandin pada lambung dihambat sehingga perlindungan terhadap mukosa lambung berkurang dan resiko tukak meningkat. Stress dapat memicu tukak lambung karena dalam kondisi stress sangat dimungkinkan orang akan melakukan tindakan yang beresiko terjadinya tukak lambung seperti merokok, mengkonsumsi obat NSAID atau alkohol. Selain itu diperkirakan dalam kondisi stress, hormon adrenalin akan meningkat produksinya mengakibatkan produksi asam oleh reseptor asetilkolin meningkat pula, efeknya asam lambung pun juga meningkat.

ü  GEJALA

Secara umum, gejala tukak lambung yang dialami sama seperti yang sudah dijelaskan di atas antara lain rasa panas pada perut, sebah, mual, tidak tahan makanan berlemak, nyeri pada bagian ulu hati yang akan hilang setelah mengkonsumsi makanan. Selain terbangun di malam hari karena nyeri yang dirasakan, rasa nyeri di ulu hati yang hilang setelah mengkonsumsi makanan merupakan gejala spesifik pada tukak lambung yang dapat mempermudah diagnosis. Tanda-tanda seperti anemia, anoreksia maupun penurunan berat badan yang terjadi menunjukkan adanya komplikasi atau terdapat suatu penyakit berbahaya yang membutuhkan tes endoskopi segera.

ü  Terapi

Tujuan dari terapi tukak lambung adalah untuk mengurangi serta menetralkan asam lambung, menghilangkan faktor penyebab, meringankan atau menghilangkan nyeri epigastrik, mencegah kekambuhan, memperkuat sistem perlindungan mukosa, dan mencegah terjadinya komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi). Sasaran dari terapi tukak lambung adalah faktor penyebab terjadinya tukak yaitu bakteri H. pylori dan asam lambung berlebih. Selain itu pertahanan mukosa juga menjadi sasaran terapi. Untuk mencapai tujuan terapi tersebut dapat dilakukan beberapa strategi dalam terapi, antara lain penggunaan obat untuk hipersekresi dan penetralan asam lambung, penggunaan obat yang memperkuat sistem perlindungan mukosa, penggunaan obat yang dapat mencegah senyawa pencetus dan faktor penyebab, penggunaan obat untuk menghilangkan nyeri epigastrik, penggunaan obat untuk mencegah kekambuhan dan penggunaan obat untuk mencegah komplikasi. Terapi yang digunakan ada 2 cara, yaitu terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Untuk terapi nonfarmakologis dengan cara mengurangi atau menghilangkan stress, berhenti merokok dan menggunakan obat NSAID, menghindari makanan pencetus tukak seperti makanan pedas, kafein, dan alkohol. Apabila terjadi komplikasi dilakukan operasi. Sedangkan terapi farmakologisnya dapat menggunakan beberapa golongan obat yaitu, golongan Pompa Proton Inhibitor (PPI), Antagonis Reseptor Histamin H2, Sucralfate, Antasida, Analog Prostaglandin. Selain itu, kombinasi dua antibiotik dengan PPI untuk eradikasi (pembasmian) H. pylori. Sesuai dengan judulnya, artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai obat golongan antasid. Sebelum lahirnya obat PPI dan Antagonis Reseptor Histamin H2, antasid digunakan untuk mengobati tukak lambung dan dispepsia (gangguan pencernaan). Hingga saat ini antasid masih digunakan untuk menghilangkan rasa panas dalam perut serta dispepsia. Antasid merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air. Selain menetralkan asam lambung, antasid juga meningkatkan pertahanan mukosa lambung dengan memicu produksi prostaglandin pada mukosa lambung. Obat antasid dapat digolongkan menjadi antasid dengan kandungan alumunium dan magnesium (alumunium hidroksida, magnesium hidroksida, trisilikat), antasid dengan kandungan natrium bikarbonat, antasid dengan kandungan bismuth dan kalsium. Simetikon ditambahkan pada antasid untuk meringankan rasa kembung.

Rencana Perawatan

–          Gigi yang retak ditambal oleh resin komposit, karena memiliki kekuatan yang baik

–          Diberikan obat pereda nyeri dan mengobati tukak lambung

–          Dibuatkan night guard untuk mencegah atrisi kembali, dipakai pada saat tidur

Obat pilihan

  1. 1. Danalgin

Dipilih karena mengandung metampiron yang memiliki efek Analgesic untuk mengurangi rasa sakit serta mengandung diazepam sebab memiliki efek sedative. Dipilih karena aman di konsumsi oleh pasien tukak lambung, tidak seperti asam mefenamat, asetosal (aspirin) yang kontra indikasi terhadap pasien tukak lambung.

Komposisi :
Tiap kaplet mengandung
Metampiron … 500 mg
Diazepam …….. 2 mg

Farmakologi :
DANALGIN bekerja sebagai analgetik dan tranquillizer.
Metampiron bekerja sebagai analgetik, diabsorpsi dari saluran pencernaan dan mempunyai waktu paruh 1 – 4 jam. Diazepam dimetabolisme terutama di hati dan terikat pada reseptor di daerah spinal cort, serebelum, sistem limbik dan korteks serebral. Mempunyai aktivitas sebagai ansiolitik dan hipnotik. Konsentrasi plasma puncak diazepam dicapai setelah 15-19 menit. Waktu paruh bervariasi antara 20-70 jam, tetapi metabolit aktif yang dominan yaitu desmetil diazepam mempunyai waktu paruh 30-100 jam. Waktu paruh diazepam dan desmetil diazepam biasanya meningkat pada neonatus, usia lanjut dan penderita dengan gangguan hati yang berat.

Indikasi:
Untuk meringankan rasa sakit sedang sampai berat terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi dimana diperlukan kombinasi dengan tranquillizer.

Kontra indikasi:

  • Penderita hipersensitif.
  • Bayi dibawah 6 bulan.
  • Wanita hamil dan menyusui.
  • Penderita dengan tekanan darah sistolik ‹ 100 mmHg.
  • Depresi pernapasan.
  • Gangguan pulmoner akut.
  • Glaukoma sudut sempit.
  • Keadaan psikosis akut.

Peringatan dan perhatian :

  • Jangan mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin selama minum obat ini.
  • Tidak untuk mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu dan tidak untuk mengobati rematik, lumbago, sakit punggung, bursitis, sindroma bahu-lengan.
  • Karena dapat menimbulkan agranulositosis yang berakibat fatal, maka sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang terus menerus.
  • Hati-hati pada penderita yang pernah mengalami gangguan pembentukan darah/kelainan darah, gangguan fungsi hati atau ginjal. Karena itu perlu dilakukan pemeriksaan uji fungsi hati dan darah pada penggunaan yang lebih lama dari penggunaan untuk mengatasi rasa sakit akut.
  • Hati-hati penggunaan pada penderita depresi berat atau yang mempunyai kecenderungan melakukan bunuh diri.
  • Obat ini dapat menyebabkan kelemahan otot dan ketergantungan secara fisik dan psikologis.
  • Hentikan pengobatan Jika terjadi reaksi-reaksi paradoksikal seperti keadaan-keadaan hipereksitasi akut, ansietas, halusinasi dan gangguan tidur.

Efek samping :

  • Reaksi hipersensitivitas : reaksi pada kulit misal kemerahan.
  • Mengantuk, ataksia, kelelahan.
  • Agranulositosis, konstipasi, depresi, diplopia, hipotensi, Jaundice, perubahan libido, mual, tremor, retensi urin, vertigo.

Interaksi obat:                                                         ,
Penggunaan bersama obat-obat depresan SSP atau alkohol dapat meningkatkan efek depresan.

Dosis:
Jika sakit 1 kaplet, berikutnya 1 kaplet tiap 6-8 jam, maksimum 4 kaplet sehari.

2.Antasida

Pasien memiliki riwayat tukak lambung, yang dikhawatirkan dapat menambah tingkat keasaman pada mulut apabila asam lambung naik.

Nama Dagang di Indonesia : Mylanta®/Mylanta Forte®

Indikasi

Gangguan pencernaan, rasa panas pada ulu hati, lambung perih, meredakan hiperasiditas yang berhubungan dengan tukak lambung, gastritis, esofagitis peptik & hernia hiatal; meredakan gejala kembung, nyeri perut akibat penimbunan gas pasca operasi. Untuk pemeriksaan endoskopi.

Kontra Indikasi

Pasien dengan gangguan ginjal

Dosis & Aturan Pakai

Tablet = 1-2 tablet, larutan = 1-2 sendok teh.

Larutan forte= 1-2 sendok teh.

Diberikan 4 kali sehari, 1 jam sesudah makan & sebelum tidur. Penggunaan tablet dengan cara dikunyah.

Efek Samping : Jarang terjadi (konstipasi, diare), hipofosfatemia (pemakaian jangka panjang).

Perhatian : Hiperkalsemia dapat terjadi pada pasien gagal ginjal yang mengkonsumsi > 4 gram/hari. Pasien dengan Clearance Creatinine < 30 ml/menit tidak boleh mengkonsumsi antasid yang mengandung magnesium karena ekskresi magnesium terganggu.

Interaksi antara Antasid dengan obat lain seperti suplemen yang mengandung besi, warfarin, digoksin, quinidin, isoniazid, ketokonazol, atau obat golongan fluoroquinolon dapat meningkatkan absorpsi dan ekskresi obat lain saat diberikan bersamaan. Untuk mencegahnya dilakukan pemisahan pemberian antasid dengan obat lain dengan selang waktu 2 jam.

ü PERESEPAN OBAT

Drg. Azixin

NIP. 058476474884

Klinik Konservasi RSGM FKG UGM

Jl. Denta no.1

08123456789

Yogyakarta, 21 November 2009

  1. R/ Danalgin 500 tabs mg No.X

S.p.r.n.tab I

2. R/ Mylanta forte ml 360 btl No.I

s.b.d.d.cth.ac.et.hs

Pro                   : Ibu Prapti

Umur               : 38 tahun

Alamat                        : Jl. Kaliurang KM. 4,5

Penulisan Etiket

1.danalgin

Apotik Dewi Dewi

Jl. Kaliurang Km.6  yogyakarta 0274-128765

No.1                                                      tgl.22/11/2010

Nama               : Ibu Prapti

Umur               : 38 tahun

Minum bila perlu 1 tablet

Apotik Dewi Dewi

Jl. Kaliurang Km.6  yogyakarta 0274-128765

No.2                                                      tgl.22/11/2010

Nama               : Ibu Prapti

Umur               : 38 tahun

2 x sehari, 1 sendok teh,  diminum sesudah makan dan sebelum tidur

2.mylanta forte

Daftar Pustaka

Andreaus, S.B. 1987. Liquid Versus Gel Etchants on Glass Ionomer : TheirEffects on Surface Morphology and Shear Bond Strengths to Composite Resins, JADA, 114, 157-158.

Cohen S, Hargreaves KM. 2006. Pathways of The Pulp Ninth Edition. Canada : Mosby Elsevier

Davidson, D.F. and Suzuki, M. 1999. A Prescription for the Succesful Use of Heavy Filled Composit in the Posterior Dentition. Journal Canada Dentistry Assosiation, 65, 256-260.

Donly KJ, Brown DJ. Identify, protect, and restore: emerging issues in approaching children’s oral health. Available at http://www.agd.org

MayoClinic (2007) : Bruxism/Teeth Grinding. Dikutip pada 18 Des 07. http://www.mayoclinic.com

MedlinePlus (2006) : Bruxism. Dikutip pada 18 Des 07. http://www.nlm.nih.gov

Pashley, D.H. and Michelich, V. 1992. Dentin Permeability : Effect of Smear Layer Removal. The Journal of Prosthetic Dentistry,46, 531-537.

Prijantojo. 1996. Evaluasi Klinis Perawatan Hipersensitivitas Dentin dengan Potasium Nitrat . Cermin Dunia Kedokteran.(109) ; 1996 ; 57.

Sidharta, W. 1991. Pengaruh Etsa dan Gerinda pada Semen Glass Ionomer Terhadap Ikatannya dengan Resin Komposit, Buku Naskah Ilmiah KPPIKG IX FKG UI, 105-164.

Walton RE, Torabinejad M. 1998. Principles and Practice of Endodontics. Philadelphia : Saunders Company.

makalah OM 1

KASUS

Pak Dadap 56 tahun dengan keluhan gigi-giginya goyah dan mudah berdarah. Akhir-akhir ini mudah lelah dan nafsu makannya berkurang. Riwayat medik pernah menderita angina pectoris kurang lebih 2 tahun yang lalu, dan saat ini dalam pengobatan dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor untuk hipertensi dan aspirin untuk arthritis. Pemeriksaan klinis menunjukkan kebersihan mulut kurang. Poket periodontal dengan kedalaman >6 mm dijumpai pada sebagian besar gigi yang masih ada. Vital signs: nadi=80, respirasi=15, suhu=38,2oC, tekanan darah=150/95 mmHg.

TANDA DAN GEJALA

Pada kasus, ditemukan lima tanda dan gejala yang tampak, yaitu :

  1. Vital signs, yang terdiri dari:  – suhu tubuh

–    tekanan darah

  1. Poket periodontal
  2. Oral hygiene kurang baik
  3. Gigi geligi goyah dan mudah berdarah
  4. Mudah lelah dan nafsu makan berkurang

Vital Signs

Vital signs terdiri dari empat unsur utama yaitu: denyut nadi permenit, respirasi permenit, suhu tubuh, serta tekanan darah. Pada kasus, vital signs pada pasien yaitu: suhu tubuh 38,2oC, dan tekanan darah 150/95 mmHg.

Suhu Tubuh

Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat metabolisme basal. Suhu tubuh normal, terutama di dalam mulut berkisar antara 36,3-37,1oC (Ganong, 2003). Suhu tubuh pasien 38,2oC yang menandakan pasien sedang demam.

Tekanan Darah

Peningkatan progresif pada tekanan seiring dengan usia adalah akibat dari pengaruh penuaan, pada mekanisme kontrol tekanan darah. Ginjal terutama bertanggung jawab untuk pengaturan jangka lama terhadap tekanan arteri. Ginjal akan memperlihatkan perubahan deskriptif seiring usia, terutama setelah 60 tahun.

Tabel 1. Tekanan Sistole dan Diastole Normal Pada Berbagai Umur (Pria dan Wanita)

Umur 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun
Pria (mmHg) 114-142/62-88 114-142/63-87 112-148/64-94 112-148/64-94
Wanita (mmHg) 108-134/60-84 107-137/61-85 109-139/63-87 110-140/65-91

Sirkulasi darah manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya faktor hormon. Dua sifat penting dari hormon yang dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah yaitu:

  1. Vasokonstriktor, menyempitkan pembuluh darah. Contohnya norepinefrin, angiotensi, dan vasopresin.
  2. Vasodilatasor, meningkatkan aliran darah. Contohnya bradikinin, histamin, dan prostaglandin.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama) (Ngatidjan, 2001).

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Normal 120-130 mmHg 85-95 mmHg

Untuk para lansia, tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi maligna 210 mmHg – lebih 120 mmHg – lebih

Tekanan darah pada pasien tersebut adalah 150/95 mmHg. Berdasarkan dari teori yang diperoleh, maka pasien digolongkan dalam kategori hipertensi ringan.

Poket periodontal

Poket periodontal merupakan kelanjutan dari penyakit periodontitis yang tidak ditangani dengan baik. Poket periodontal dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu:

  1. Kedalaman probing akan meningkat
  2. Meningkatnya perdarahan saat probing dilakukan
  3. Meningkatnya temperatur pada poket periodontal itu sendiri
  4. Peningkatan volume GCF (Gingival Crevicular Fluid)

(Odont, 2002)

Oral hygiene kurang baik

Oral hygiene merupakan cermin dari kesehatan mulut seseorang. Rongga mulut yang sehat pasti memiliki oral hygiene yang baik. Oral hygiene yang buruk dapat memacu timbulnya berbagai macam gangguan dan penyakit, mulai dari halitosis (bau mulut), periodontitis, karies gigi, hingga poket periodontal. Pembersihan pada gigi dapat dilakukan oleh pakar kebersihan gigi, oleh dokter gigi, maupun dilakukan sendiri. Usaha yang dapat yaitu:

  1. Penggunaan disclosing wafers, yaitu sejenis tablet kunyah berwarna merah yang akan mewarnai plak gigi
  2. Oral rinsing, yang dapat membantu mengurangi plak pada gigi
  3. Menyikat gigi secara teratur
  4. Penggunaan dental floss

(Finn, 2003).

Gigi geligi goyah dan mudah berdarah

Gigi geligi yang goyah menandakan bahwa sudah terganggu atau hilangnya perlekatan gigi dengan ligamen periodontal. Gusi yang mudah berdarah merupakan efek dari hilangnya perlekatan gigi dan ligamen periodontal tersebut, terutama saat dilakukannya probing (Odont, 2002).

Mudah lelah dan nafsu makan berkurang

Pasien dengan kondisi tubuh mudah lelah dikarenakan pengkonsumsian obat-obatan seperti contohnya adalah aspirin sebagai obat arthritis. Nafsu makan berkurang dikarenakan efek samping dari penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu lama, selain itu disebabkan oleh oral hygiene buruk yang menyebabkan berbagai penyakit gigi dan periodontal. Keadaan inflamasi akan memberikan sensasi tidak nyaman saat berbicara maupun pada saat makan.

LATAR BELAKANG MEDIS

Pasien pernah menderita angina pectoris kurang lebih 2 tahun yang lalu, dan saat ini dalam pengobatan dengan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan aspirin.

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

  1. Keluhan Utama (Chief Complain)

à Gigi goyah dan mudah berdarah

  1. Keadaan Sakit Sekarang (Present Illness)

à Hipertensi, Arthritis

  1. Riwayat Kesehatan Gigi (Past Dental History)

à Belum pernah melakukan perawatan gigi sebelumnya

  1. Riwayat Kesehatan Umum (Past Medical History)

à Angina pectoris kurang lebih dua tahun yang lalu

  1. Riwayat Keluarga (Family History)

à Tidak ada riwayat penyakit keturunan

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

  1. Pemeriksaan Umum

à Mudah lelah, nafsu makan berkurang

  1. Pemeriksaan Lokal

à Oral hygiene kurang

à Poket periodontal dengan kedalaman >6mm pada sebagian besar gigi yang   masih ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pula pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen.

  1. Pemeriksaan Laboratorium
    1. Rheumatoid Arthritis

Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan prognosis yang buruk.

Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis reumatoid artritis. Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid dalam titer yang rendah. Tes faktor reumatoid biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif.

Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium, protein C-reaktif biasanya positif,  LED meningkat, leukosit normal atau meningkat sedikit, anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik, trombosit meningkat, serta turunnya kadar albumin serum dan naiknya kadar globulin.

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk membantu menegakkan diagnosis lainya, misalnya : gambaran immunoelectrophoresis HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta Rose-Wahler test.

  1. Hipertensi

Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis hipertensi, seperti pemeriksaan darah (rutin, BUN, kreatinin, elektrolit, KGD) dan pemeriksaan urine (urinelisa dan kultur urine). Diagnosis hipertensi dapat juga ditegakkan dengan pemeriksaan EKG (12 lead, melihat tanda iskemi) (Majid, 2004).

  1. Foto Rontgen
    1. Rheumatoid Arthritis

Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.

  1. Hipertensi

Dilakukan foto dada untuk melihat apakah ada oedema paru (Majid, 2004).

EFEK OBAT

ACE Inhibitor

ACE inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang, maupun berat. ACE inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan Al menjadi All sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium serta retensi natrium (Nafrialdi, 2007).

ACE inhibitor dapat menyebabkan efek samping, seperti hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash dan gangguan pengecapan, edema angioneurotik, gagal ginjal akut, proteinuria, dan efek teratogenik terutama bagi wanita hamil pada trimester 2 dan 3 (Nafrialdi, 2007).

Aspirin

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal segabai asetosal atau aspirin adalah analgesic antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.  Pada orang sehat, aspirin menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Aspirin tidak boleh diberikan pada pasien dengan kerusakan hati berat, hipoproteombinemia, defisiensi vitamin K dan hemophilia, sebab dapat menimbulkan perdarahan (Wilmana dan Gan, 2007).

Walaupun telah banyak ditemukan obat antireumatoid baru, salisilat masih dianggap obat standar pada studi perbandingan dengan obat antireumatik laik. Sebagian pasien rheumatoid arthritis dapat dikontrol dengan salisilat saja; bila hasilnya tidak memadai, dapat digunakan obat lain. Selain menghilangkan nyeri, salisilat jelas menghambat inflamasinya. Dosisnya ialah 4-6 g/hari, tetapi dosis 3 g sehari kadang-kadang cukup memuaskan (Wilmana dan Gan, 2007).

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

  1. Periodontitis

Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang membentuk kantung tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).

Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (= tulang yang menyangga gigi) juga mengalami kerusakan.

Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.

Bila ini terjadi, gusi dapat mengalami penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyahan karena adanya kerusakan tulang.

Penyebab Periodontitis

Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.

Tanda dan Gejala Periodontitis

Kadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya. Biasanya tanda-tanda yang dapat diperhatikan adalah

  • Gusi berdarah saat menyikat gigi
  • Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.
  • Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.
  • Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.
  • Gigi goyang.

Tanda dan gejala:

  • Berhubungan langsung dengan deposit plak dan kalkulus
  • Keluhan yang disebabkan oleh hipersensitif dentin karena resesi sebagian besar gigi
  • Terjadi pada umur lebih dari 40 tahun
  • Plak banyak karena kerusakan yang terjadi
  • Inflamasi gingiva (pembesaran, kemerahan dan perdarahan)
  • Kerusakan hampir merata pada semua gigi, kecuali bila disertai faktor predisposisi seperti trauma, food impaksi
    • Loss of attachment disertai poket dan resesi
  1. Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang menyerang beberapa organ dan sistem tubuh serta juga dihubungkan dengan adanya destruksi jaringan ikat persendian dan tulang. Baik periodontitis maupun rheumatoid arthritis, keduanya memperlihatkan adanya ketidakseimbangan antara sitokin proinflamasi dengan sitokin antiinflamasi, di mana hal ini dianggap bertanggung jawab terhadap timbulnya kerusakan jaringan. Baik periodontitis maupun rheumatoid arthritis, keduanya dihubungkan dengan destruksi tulang, yang diperantarai oleh sitokin inflamasi seperti interleukin-1, tumor necrosis factor, dan prostaglandin E2.

Rheumatoid arthritis merupakan poliarthitis kronik. Sekitar dua pertiga pasien, penyakit ini muncul perlahan dengan rasa lelah, anoreksia, kelelahan umum, dan gejala musculoskeletal samar sampai sinovitis muncul secara nyata (Lipsky, 2008).

Hubungan 2 arah antara rheumatoid arthritis dengan periodontitis melibatkan juga patogenesis periodontitis terkait rheumatoid arthritis dan demikian juga sebaliknya. Juga masih ada kemungkinan adanya karakteristik genetik umum yang mempengaruhi kedua penyakit tersebut (disregulasi mekanisme inflamasi).

Manifestasi rheumatoid arthritis di rongga mulut yaitu peningkatan penyakit periodontal, rusaknya tulang alveolar (Tolo dkk., 1990 cit. Kaber dkk., 1997), hiposalivasi (Nagler dkk., 2003) serta xerostomia (Sreebny, 1996).

Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi patogenesis periodontitis melalui kerusakan motorik dan emosional akibat penyakit ini. Kerusakan motorik dapat menyebabkan pasien rheumatoid arthritis lebih sulit untuk menjaga kebersihan rongga mulut secara adekuat. Penururunan aliran air liur yang berhubungan dengan pengobatan atau timbulnya sindrom Sjögren secara sekunder dapat meningkatkan pembentukan plak supragingival pada pasien rheumatoid arthritis. Perubahan psikologis pasien rheumatoid arthritis dinilai sebagai indikator risiko timbulnya periodontitis.

Periodontitis mungkin terlibat dalam patogenesis rheumatoid arthritis melalui bakteremia; adanya mediator inflamasi, antigen bakteri dan imunoglobulin dalam serum. Studi pada tikus dan manusia yang melibatkan rheumatoid factor (merupakan imunoglobulin) mendukung konsep tersebut. Kadar tinggi rheumatoid factor serum berhubungan dengan aktivitas, derajat keparahan yang lebih berat dan kondisi penyakit rheumatoid arthritis yang buruk. Periodontitis mungkin memiliki reaksi sistemik yang diperlihatkan dengan adanya peningkatan kadar mediator inflamasi dan sering terjadinya bakteremia sementara yang berlangsung lebih lama. Pemahaman akan adanya kemungkinan hubungan antara periodontitis dan rheumatoid arthritis relevan untuk penanganan secara medis pasien-pasien rheumatoid arthritis.

Penyebab Rheumatoid Arthritis

Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini (Dessureault and Carette, 1989).

Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus (Dessureault and Carette, 1989; Harris, 1993).

Tanda dan Gejala Rheumatoid Arthritis

  • rasa lelah
  • anoreksia
  • kelelahan umum
  • gejala musculoskeletal samar sampai sinovitis
  • xerostomia

Xerostomia

Penemuan yang paling menjadi perhatian dokter gigi pada pasien rheumatoid arthritis adalah seringnya ditemukan sekitar 50% kondisi xerostomia pada pasien dengan diagnosis rheumatoid arthritis (Reisine and Tanzer, 1994 cit. Russel and Reisine, 1998). Xerostomia bisa disebabkan oleh efek samping medikasi yang bersifat xerogenic yang diberikan (Sreebny, 1996) namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Russel and Reisine (1998) diketahui bahwa gejala xerostomia yang diindikasikan dengan penurunan curah saliva biasa ditemukan diantara pasien rheumatoid arthritis, bahkan pada mereka yang tidak mendapat medikasi yang bersifat xerogenic. Medikasi yang bersifat xerogenic antara lain tramadol, ibuprofen, amytriptiline, lansoprazole dan piroxicam (Scully, 2003 cit. Scully and Bagan, 2004., Byrne, 1998 cit. Guggenheiner dkk., 2003).

  1. Hipertensi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hipertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2 tipe klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary.

Hipertensi Primary

Hipertensi Primary adalah suatu kondisi di mana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
Hipertensi Secondary

Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).

Penyebab Hipertensi

Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

– sakit kepala

– kelelahan

– mual

– muntah

– sesak nafas

– gelisah

– pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

RENCANA PERAWATAN

Pasien mengeluh gigi-giginya goyah dan mudah berdarah, sedangkan pasien dalam pengobatan dengan aspirin. Gigi goyah dan mudah berdarah tersebut merupakan tanda dari peradangan jaringan penyangga gigi (periodontitis). Maka, prioritas pertama dalam rencana perawatan adalah menghentikan penggunaan aspirin sebelum melakukan tindakan dental.

Sebelum melakukan tindakan dental, pemberian aspirin dihentikan 1 minggu sebelum tindakan, dan dapat mulai kembali setelah dinilai aman oleh ahli bedah atau dokter gigi (Himpunan Bedah Toraks Kardiovaskular Indonesia, 2009).

Salah satu manifestasi klinis dari rheumatoid arthritis adalah periodontitis. Pada kasus-kasus periodontitis yang belum begitu parah, biasanya perawatan yang diberikan adalah kuretase,  yaitu pengangkatan plak dan jaringan yang rusak dan mengalami peradangan di dalam poket dengan menggunakan kuret. Tujuan utamanya adalah menghilangkan semua bakteri dan kotoran yang dapat menyebabkan peradangan. Setelah tindakan ini, diharapkan gusi akan mengalami penyembuhan dan perlekatannya dengan gigi dapat kembali dengan baik.

Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius lokal.

Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang meradang di bawahnya.

Gigi-geligi yang goyah dapat dirawat dengan perawatan splinting (Mahrita, 2009). Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting.

Perawatan Rheumatoid Arthritis

Berbagai perawatan yang tersedia. Pengobatan non-farmakologis meliputi terapi fisik, orthoses dan terapi okupasi. Analgesia (penghilang rasa sakit) dan anti inflamasi obat-obatan, termasuk steroid, yang digunakan untuk menekan gejala, sedangkan penyakit-antirheumatic memodifikasi obat (DMARDs) sering dibutuhkan untuk menghambat atau menghentikan mendasari proses kekebalan dan mencegah kerusakan jangka panjang. Dalam beberapa kali, kelompok yang lebih baru biologis telah meningkat pilihan perawatan.

Tujuan pengobatan adalah dua kali lipat, yaitu mengurangi gejala saat ini, dan mencegah kehancuran masa depan sendi dengan cacat yang dihasilkan jika penyakit ini dibiarkan tak terkendali. Dua tujuan ini mungkin tidak selalu bertepatan, sementara penghilang rasa sakit dapat mencapai tujuan pertama, mereka tidak memiliki dampak pada konsekuensi jangka panjang. Untuk alasan ini, kebanyakan pihak berwenang percaya bahwa kebanyakan rheumatoid arthritis harus ditangani dengan setidaknya satu spesifik obat anti-rematik, juga bernama DMARD, obat-obatan yang lain dan non-intervensi medis dapat ditambahkan bila perlu.

Cortisone terapi telah menawarkan bantuan di masa lalu, tetapi efek jangka panjang telah dianggap tidak diinginkan. Namun, suntikan kortison tambahan yang dapat berharga untuk jangka panjang rencana pengobatan, dan menggunakan dosis rendah kortison sehari-hari (misalnya, prednison atau prednisolone, 5-7,5 mg per hari) dapat juga memiliki manfaat penting jika ditambahkan ke spesifik yang layak anti – pengobatan rematik.

Farmakologi pengobatan rheumatoid arthritis dapat dibagi menjadi penyakit-antirheumatic memodifikasi obat (DMARDs), agen anti inflamasi dan analgesik. Perawatan juga termasuk istirahat dan aktivitas fisik.

Setelah diagnosis rheumatoid arthritis dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Dengan penerangan yang baik mengenai penyakitnya, pasien rheumatoid arthritis diharapkan dapat melakukan kontrol atas perubahan emosional, motivasi dan kognitif yang terganggu akibat penyakit ini.

Penggunaan NSAID dalam pengobatan rheumatoid arthritis. NSAID umumnya diberikan pada pasien rheumatoid arthritis sejak masa dini penyakit ini dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi synovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, NSAID juga memberikan efek analgesik yang sangat baik. Bagi pasien yang sensitif dapat digunakan preparat NSAID dalam bentuk suppositoria, pro drugs, enteric coated, slow release atau non-acidic. Efek samping dari pengobatan NSAID adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal serta penekanan system hematopoetik.

Selain NSAID, pada pengobatan rheumatoid arthritis juga dibutuhkan obat golongan DMARD. Obat yang termasuk dalam golongan DMARD tetap diperlukan karena NSAID tidak memiliki khasiat yang dapat melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat rheumatoid arthritis.

Penggunaan kortikosteroid pada pengobatan rheumatoid arthritis. Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi dari imunosupresif, akan tetapi pada rheumatoid arthritis obat ini tidak terbukti memiliki khasiat untuk mengubah riwayat alamiah penyakit. Kortikosteroid dosis rendah (setara dengan prednisone 5-7,5 mg) sebagai dosis tunggal pada pagi hari, sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai bridging therapy dalam mengatasi gejala sinovitis selama menunggu obat DMARD mulai bekerja. Penggunaan kortikosteroid dosis rendah ini harus dihentikan secara bertahap jika obat golongan DMARD telah menunjukkan khasiatnya.

Suntikan kortikosteroid intra artikular (triamcinolone hexacetonide atau triamcinolone acetonide) akan sangat bermanfaat untuk mengatasi sinovitis jika terdapat peradangan yang berat satu atau dua persendian. Sebelum suntikan kortikosteroid intra artikular diberikan, adanya infeksi pada sendi tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Dessureault M, Carette S.1989. Etiology and Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. Triangle; 28: 5-14.

Finn SB. 2003. Clinical Pedodontics. 4th edition. W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Guggenheiner J, Moore PA. 2003. Xerostomia: Etiology, Recognition, and Treatment. J. ADA, 134: 61-69.

Harris ED Jr. 1993. Etiology and Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. Dalam: Kelley WN, Harris ED, Ruddy S, Sledge CB. Eds. Textbook of Rheumatology. 4th Ed. W.B. Saunders Co. Philadelpia; 833-873

Himpunan Bedah Toraks Kardiovaskular Indonesia, 2009, Bedah Toraks Kardiovaskular,

http://www.bedahtkv.com/index.php?/e-Education/Jantung-Dewasa/Manajemen-Anti-trombotik-Pada-Katup-Prostetik.html, diakses 8 Desember 2009.

Kaber UR, Gleissner C, Dehne F, Michel A, Willershausen-Zonnchen B, Bolten WW. 1997. Risk for Periodontal Disease in Patients with Longstanding Rheumatoid Arthritis. Journal American College of Rheumatology. 40 (14):2248.

Lipsky PE. 2008. Rheumathoid Arthritis, dalam Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. (eds.): Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th edition., McGraw Hill Companies Inc. New York. h.2083-2089.

Mahrita. 2009. Terapi Penyakit Gingiva dan Periodontal.

http://www.scribd.com/doc/16732204/Terapi-Penyakit-Gingiva-Dan-Periodontal. Diakses 9 Desember 2009.

Majid A. 2004. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan.

http://library.usu.ac.id/download/fk/fisiologi-abdul%20majid.pdf. Diakses 9 Desember 2009.

Nafrialdi, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta: FK UI, hlm. 354-6.

Nagler RM, Salameh F, Reznick AZ, Livshits V, Nahir AM. 2003. Salivary Gland Involvement in Rheumathoid Arthritis and Its Relationship to Induce Oxidative Stress. Rheumatology. 42:1234-1241.

Ngatidjan. 2001. Farmakologi Dasar. FK UGM. Yogyakarta.

Odont PA. 2002. Diagnosis and Risk Prediction of Periodontal Diseases. Quintessence Publishing Co, Inc. Slovakia.

Russel S, Reisine S. 1998. Investigation of Xerostomia in Patients with Rheumathoid Arthritis. J. ADA. 129:733-739.

Scully C, Bagan JV. 2004. Adverse Drugs Reactions in The Orofacial Region. Crit. Rev. Oral Biol. Med. 15(4):221-239.

Sreebny LM. 1996. Xerostomia: Diagnosis, Management and Clinical Complication, dalam Edgar, W. M. and O’Mullane, D. M. (ed.): Saliva and Oral Health, 2nd edition. British Dental Association. London, h.48.

Wilmana, P. F. dan Gan, S., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta: FK UI, hlm. 234-6.

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/01/waspadai-angina-pectoris (Diakses, 30

November 2009)

http://www.klikdokter.com/illness/detail/114 (Diakses, 30 November 2009)

http://iqbalsandira.blogspot.com/2009/03/periodontitis.html (Diakses, 30 November 2009)

http://www.kalbe.co.id/index.php?mn=news&tipe=detail&detail=19854 (Diakses, 30 November

2009)

http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggi-hipertensi.html (Diakses, 30

November 2009)

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html (Diakses, 30

November 2009)

http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/rematik.htm (Diakses, 30 November 2009)

http://www.klikdokter.com/illness/detail/114 (Diakses, 30 November 2009)

http://www.blogdokter.net/2007/03/25/hipertensi-tekanan-darah-tinggi/(Diakses, 30 November

2009)

Stres dan Mekanisme Pembelaan Ego

Stres dan Mekanisme Pembelaan Ego
Manusia modern dihadapkan pada stres yg makin besar
Stres memberi vitalitas, dorongan (drive), dan kemajuan (progress)
Stres juga sebabkan banyak problem baik individual maupun masyarakat
Kemajuan teknologi yg cepat sebabkan perubahan sosial, menuntut individu punya adaptive skill
Adaptive skill yang tidak memadai sebabkan unhealthy stress
Secara fisiologik, tidak adanya stres sama sekali sama dengan “kematian”
Kita (petugas kesehatan) berkewajiban membantu individu (pasien) agar punya daya tahan terhadap stres yang optimal dg beri ketrampilan mengolah stresnya
Definisi stres adalah respon fisiologik, psikologik dan perilaku dalam rangka adaptasi atau penyesuaian terhadap tekanan internal dan atau eksternal.
Definisi stresor adalah peristiwa, situasi, orang atau obyek yang dirasakan individu sehingga menyebabkan stress.
Stresor bervariasi sangat luas, dari psikik (frustrasi, konflik), sosial (tekanan, krisis), tekanan dan fisik.
Frustasi timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan) kita. Frustasi dari luar contohnya bencana alam, kecelakaan, kematian seseorang, norma- norma, adat istiadat, peperangan, krisis, diskriminasi rasial dan agama, persaingan yang berlebihan dll.
Frustasi dari dalam umpamanya berupa cacat badaniah, kegagalan dalam usaha dan moral.
Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. Jadi ibarat (wuii,, ibarat ckck) kita lagi bingung harus memilih.. hohoho.
“Antisipasi” dan “imajinasi” bisa menjadi stresor krn bisa cetuskan reaksi stres
Kebutuhan & Dorongan → faktor pengaruhi perilaku. Kebutuhan (badaniah, social, psikologik)
Dorongan itu berfungsi unutk menjamin manusia agar berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dorongan dipengaruhi oleh nilai moral, norma dan lingkungan
“Gagal” atau “tertunda”nya pemenuhan kebutuhan dan dorongan → Stres
Stres bias bersifat positif atau negative.
Sters yang menyebabkan pendiritaan disebut distress.
Daya tahan thd stres: stress/frustration tolerance, tiap orang berbeda. Pertahanan thd stres “jebol” → “dekompensasi” (gangguan jiwa)
Cara mengatasi stres :
Berorientasi pada tugas
Menghadapi tuntutan secara sadar, realistik, obyektif dan rasional
à menghadapi secara frontal (terang-terangan)
à sengaja tidak mau memikirkan
à kompromi
langkahnya:
1. Mempelajari dan menentukan persoalan
2. Menyusun alternatif penyelesaian
3. Menentukan tindakan yg mempunyai kemungkinan paling besar akan berhasil dg akibat yg paling menguntungkan
4. Bertindak
5. Menilai hasil tindakan supaya dapat diambil langkah lain bila kurang memuaskan
Mekanisme pembelaan ego
Tidak semua stres dihadapi dg cara berorientasi pd tugas
Sebagian diatasi dg mekanisme pembelaan ego
Ego adalah inti dari pribadi manusia, keadaan yg mengancam eksistensinya akan dilawan dg “mekanisme pembelaan”
Tujuan mekanisme tsb à memperlunak kegagalan, hilangkan kecemasan, kurangi perasaan menyakitkan, pertahankan harga diri
Bersifat tidak disadari, tidak realistik, “menipu diri”
Macam2nya:
– Fantasi
– Penyangkalan
– Rasionalisasi
– Regresi
– Proyeksi
– Formasi reaksi
– Sublimasi
– Kompensasi
– Salah pindah
– “undoing” (pelepasan) atau penebusan
– Isolasi emosi
– Simpatisme
– “acting out”

PENGAMATAN KEPADATAN SERABUT KOLAGEN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA TIKUS Spraque dawley

PENGAMATAN KEPADATAN SERABUT KOLAGEN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA TIKUS Spraque dawley
Mawar Putri Julica
07/250270/KG/08134
Laboratorium Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Intisari
Penyembuhan luka melibatkan tiga fase yang saling bergantung. pemodelan kembali dan penyembuhan jaringan penghubung di periodontium simultan melibatkan sintesis dan degradasi kolagen fibril. Buah adas (Foeniculum vulgare Mill.) Digunakan sebagai obat tradisional dan mengandung anti-inflamasi dan antioksidan yang semuanya pengaruh dalam penyembuhan luka. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengamati kepadatan serat kolagen dalam penyembuhan luka gingiva tikus Spraque dawley setelah aplikasi topikal ekstrak adas 50%. Pada percobaan ini dua kelompok sampel dilakukan. Satu kelompok sampel kontrol 3, 7, 14, dan 21 hari. Kelompok lain adalah sampel dengan administrasi topikal ekstrak adas 50%. Dari kontrol sampel, kriteria kepadatan serat kolagen diputuskan oleh skor dari 1 sampai 3. Setiap sampel diamati oleh mikroskop. Kemudian, kerapatan serat kolagen dinilai dan dirata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan serat kolagen dalam sampel kontrol hari pertama, ketiga, kelima, ketujuh, kesepuluh dan keempat belas adalah 1,23, 1,4, 1,5, 1,6, 1.6, dan 1,7 sedangkan kepadatan di sampel ekstrak adas hari pertama, ketiga, kelima, ketujuh, kesepuluh dan keempat belas adalah 1,37, 1,56, 1,56, 1.76, 1.8, dan 2.33. Kesimpulan dari percobaan ini adalah administrasi 50% topikal ekstrak adas mempercepat proses penyembuhan luka dan dipengaruhi kerapatan serat fibroblast dan kolagen.
Keyword(s) : penyembuhan luka, remodeling, kolagen, Adas

PENDAHULUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva tikus (Spraque dawley) setelah pemberian topical ekstrak tanaman buah adas (Foeniculum vulgare mill.).
Proses penyembuhan luka sendiri bukan merupakan proses linier sederhana, tetapi merupakan suatu proses yang kompleks namun sistematik. Lebih lanjut dikatakan proses penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan melibatkan interaksi berbagai jenis sel dan mediator-mediator biokimia. Oleh karena itu proses penyembuhan luka tidak terbatas pada proses-proses regenerasi lokal tapi merupakan kondisi keseluruhan yang melibatkan faktor-faktor endogen seperti umur, nutrisi, pengobatan, status imunologis, kondisi metabolik dan sebagainya.1,2. Vitamin A dapat membantu proses epitelisasi, atau penutupan luka dan sintesis kolagen3
Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase, meliputi : hemostasis, inflamasi, proliferasi atau granulasi, dan remodeling atau maturasi.4,5 Secara umum penyembuhan luka terdiri dari tiga fase;

1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Respon inflamasi ditandai dengan timbunan sel polimorfonuklear (PMN) yaitu neutrofil, disekitar jaringan inflamasi . Fase ini dimulai dari hari 1 – 4 setelah perlukaan. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah.4
2. Fase Proliferatif
Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berproliferasi serta mengeluarkan beberapa substansi kolagen, elastin, fibronectin dan proteoglycans yang berperan dalam rekontruksi jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk calon jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”. Tahapan granulasi terjadi kurang-lebih pada hari ke-4 sampai ke-21 (tergantung ukuran luka). Jendalan darah yang terbentuk pada tahapan sebelumnya akan digantikan oleh jaringan granulasi. Kemudian luka terisi fibroblast yang dan luka pun menutup3.
Fibroblast mensintesis kolagen yang merupakan matrik penting dalam proses regenerasi luka, serta metabolisme dan proses pemeliharaan jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fibroblas di zona luka menunjukan kegiatan fagositik kolagen yang tinggi, dan menunjukkan bahwa fibroblas memiliki peran mendasar dalam remodelling kolagen dalam perbaikan luka in vitro. Hal ini pada sistem eksperimental vitro juga disarankan sebagai model yang berguna untuk analisis remodelling kolagen dalam penyembuhan luka-oleh fibroblast.6 Tahapan selanjutnya adalah angiogenesis dan epitelialisasi2. Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase ini; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Pada tahapan ini, sel granulasi akan digantikan oleh jaringan ikat yang baru dan pembuluh darah baru melalui proses degradasi dan apoptosis. Jika regenerasi tidak dimungkinkan, maka yang terjadi adalah pembentukan jaringan parut. Pada proses remodeling ini, hampir 70% kekuatan asli jaringan akan kembali pulih3.Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Pada proses ginggivektomi, jaringan klinis dapat kembali menyerupai ginggiva normal dalam beberapa minggu, serta membutuhkan waktu beberapa bulan untuk melengkapi penyembuhan dan organisasi dari bundel serat7
Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses-proses regenerasi lokal, tetapi merupakan kondisi keseluruhan yang melibatkan faktor-faktor endogen yang salah satunya adalah pengobatan. Sebuah studi tahun 2004 menemukan bahwa biji adas mengandung anti-inflamasi, mengurangi rasa sakit (analgesik) dan antioksidan yang semuanya akan membantu dalam penyembuhan eksim.8 Adas (Foeniculum vulgare Mill.) merupakan salah satu tanaman obat dari Familia Apiaccae (Umbelliferae).9 Hasil penelitian menunjukkan daun dan biji Foeniculum vulgare mengandung flavonoid, saponin, protein, asam amino dan lemak. Daun mengandung flavonoid konsentrasi yang lebih tinggi . Sedangkan tingkat saponin, protein, asam amino dan senyawa organik lain yang tinggi di biji.10 pada tunasnya memiliki kandungan flavonoid dan antioksidan tertinggi.11Selain itu, adas juga mengandung asam askorbat yang berperan penting dalam mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahapan hidroksilasi dalam pembentukan hidroksiprolin, suatu unsur integral kolagen. Sehingga asam askorbat ini berperan penting dalam proses penyembuhan luka.
BAHAN DAN CARA
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ‘Kepadatan Serat Kolagen’ adalah mikroskop, preparat kontrol gingiva tikus (Sparaque dawley) hari ke-1, 3, 5, 7, 10 dan 14, serta preparat gingiva tikus yang telah diberi perlakuan dengan ekstrak buah adas 50% hari ke-1, 3, 5, 7, 10 dan 14.
Praktikum kali ini dilakukan dengan menghitung skor kepadatan serat kolagen masing-masing preparat yang telah disediakan. Pertama, dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x dari preparat kontrol diambil gambar untuk menentukan kriteria kepadatan serat kolagen. Kepadatan serat kolagen yang tipis diberi nilai satu. Kepadatan serat kolagen yang sedang diberi nilai 2, dan kepadatan serat kolagen yang padat sekali diberi nilai 3. Kemudian masing-masing preparat diamati dengan mikroskop perbesaran 40x dan kepadatan serat kolagennya diberi nilai. Masing-masing preparat diamati sebanyak 10 lapang pandang. Masing-masing preparat dilihat oleh 3 praktikan yang berbeda kemudian jumlah kepadatan serat kolagen dihitung dan dirata-rata.
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Preparat kontrol hari ke-14
Gambar 1
Kepadatan serabut kolagen nilai 1
Gambar 2
Kepadatan serabut kolagen nilai 2
Gambar 3
Kepadatan serabut kolagen nilai 3

Tabel 2. Rata-rata skor kepadatan serabut kolagen
preparat kontroldan preparat yang diberi perlakuan
PREPARAT RERATA KEPADATAN SERAT KOLAGEN
KONTROL PERLAKUAN ADAS 50%
Hari ke-1 1,23 1,37
Hari ke-3 1,4 1,56
Hari ke-5 1,5 1,56
Hari ke-7 1,6 1,76
Hari ke-10 1,6 1,8
Hari ke-14 1,7 2,33

Grafik 1. Rata-rata skor kepadatan serabut kolagen
preparat kontroldan preparat yang diberi perlakuan
PEMBAHASAN
Dalam proses penyembuhan luka selain faktor¬faktor pertumbuhan mengatur migrasi, proliferasi dan diferensiasi sel, juga terjadi sintesis dan degradasi protein matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel secara langsung mempengaruhi peristiwa selular dan memodulasi sel yang berespon terhadap faktor pertumbuhan. Komponen utama protein matriks ekstrasel adalah kolagen. Kolagen memberikan kekuatan dan integritas untuk seluruh jaringan tubuh. Demikian pula, kekuatan dan integritas seluruh perbaikan jaringan dipercayakan pada ikatan silang dan deposisi kolagen. Berbagai keadaan dapat menghambat perkembangan integritas dan kekuatan luka disebabkan oleh berkurangnya produksi kolagen. sebaliknya juga terdapat faktor-faktor yang mendorong sintesis kolagen.2
Penyembuhan setelah eksisi ginggiva pada gingivectomy, pembentukan clot dan fibrin terjadi diatas jaringan ikat yang terbuka, dalam beberapa jam jaringan ikat memulai produksi jaringan granulasi “buds”. Proliferasi jaringan ikat ditandai dengan meningkatnya aktivitas mitosis fibroblas, sel endotelial, kapiler darah dan sel mesenkim yang tidak terdiferensiasi. Selanjutnya bagian ini akan ditutupi dan diinfiltrasi oleh neutrofil. Penyembuhan luka terdiri dari permukaan dasar jaringan ikat yang sedang meradang, ditutup oleh jaringan granulasi kemudian zona neutrofil yang berlapis dan akhirnya clot. Epitel mulai berproliferasai di pinggiran luka dan bermigrasi sel per sel (sekitar 0,5 mm per hari) di bawah clot, melewati zona neutrofil dan diatas jaringan granulasi. Ephitelum terus berkembang biak dalam lapisan tipis sampai mencapai permukaan gigi. Sementara hal ini terjadi, fibroblas dijaringan granulasi mulai memproduksi kolagen yang belum matang serta yang belum berpolimerisasi sempurna. pada titik ini clot mengelupas, setelah berfungsi secara biologis sebagai perban. proliferasi dan maturasi kolagen dan epitel terus berlangsung sampai terbentuk kolagen matang yang menutupi permukaan atas epithelium.7
Secara umum pada preparat kontrol mengalami kenaikan skor kepadatan kolagen yang cukup signifikan. Pada saat hari ke-1 dan ke-3, skor kepadatan kolagen peparat kontrol masih rendah namun terlihat adanya peningkatan sebab proses penyembuhan baru sampai pada tahap inflamasi sehingga serabut kolagen yang terbentuk masih sedikit. Kemudian pada hari ke 5 sampai 14, preparat kontrol menunjukkan adanya peningkatan skor kepadatan serabut kolagen, karena pada hari ke-4 proses penyembuhan luka sudah memasuki tahap proliferasi yang ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi..
Pada preparat dengan perlakuan, rerata skor kepadatan kolagennya lebih banyak daripada preparat kontrol. Pada sebuah penelitian skor kepadatan kolagen terlihat memuncak pada hari ke-7, selanjutnya skor kepadatan kolagen pada preparat dengan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan perparat kontrolnya. Hal ini dikarenakan proses penyembuhan luka telah memasuki fase remodeling. Pada fase remodeling ini, terjadi sintesis dan degradasi kolagen secara simultan,sehingga jumlah kolagen yang terlihat tidak sebanyak fase sebelumnya. 12 Namun, hasil praktikum yang didapatkan tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Dari tabel hasil yang terlihat adalah adanya peningkat dari awal hingga hari ke-14. Kemungkinan terjadi kesalahan hitung seperti sebelumnya karena praktikan sempat mengulang perhitungan, yang disebabkan ada beberapa preparat yang telah pecah sehingga gambaran mikroskopis tidak terlalu jelas, Selain itu, praktikan masih mengalami kesusahan dalam menilai kepadatan kolagen meskipun diawal praktikum telah menyamakan persepsi. Seharusnya, penurunan skor kepadatan kolagen pada preparat perlakuan terjadi setelah hari ke-7 karena kandungan buah adas (saponin, flavonoid dan asam askorbat) mampu menstimulasi biosintesa kolagen yang menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat daripada biasanya. sehingga, seharusnya preparat perlakuan pada hari ke-10 dan 14 telah memasuki tahapan remodeling sehingga skor kepadatan kolagennya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan perparat kontrolnya.
Dibandingkan dengan kontrolnya, bisa dilihat juga bahwa preparat gingiva tikus yang diberi perlakuan dengan ekstrak buah adas 50% ternyata memperlihatkan serabut kolagen yang lebih padat. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa ekstrak adas dapat mempercepat proses penyembuhan luka.12 Adas mengandung anti-inflamasi, mengurangi rasa sakit (analgesik) dan antioksidan.8 Beberapa kandungan buah Adas dapat mempercepat proses penyembuhan luka, misalnya saja efek saponin pada peningkatan metabolisme matriks ekstraseluler, serta aktivasi dan sintesis TGF-β yang menstimulasi biosintesis kolagen.13 Selanjutnya, proses radang dipersingkat oleh efek antiradang dari flavonoid dan saponin sehingga penyembuhan masuk ke tahap proliferasi lebih cepat. Kandungan asam askorbat pada buah adas ternyata mampu mempercepat sintesis kolagen pada fase proliferasi, sehingga proses penyembuhan luka memasuki tahap remodeling lebih awal. Sebelumnya telah disebutkan bahwa proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses-proses regenerasi lokal, tetapi merupakan kondisi keseluruhan yang melibatkan faktor-faktor endogen yang salah satunya adalah pengobatan1. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa serabut kolagen yang merupakan indikator penyembuhan luka, akan terlihat lebih padat pada preparat yang mendapat perlakuan (ekstrak buah adas 50%) dibandingkan dengan kontrolnya.
KESIMPULAN
Pemberian ekstrak buah adas konsentrasi 50% terbukti dapat mempercepat proses penyembuhan luka gingiva. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya fase remodeling yang lebih cepat (hari ke-7) dibanding kontrolnya (hari ke-14) dan meningkatnya kepadatan serabut kolagen dalam jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

1Hermanto, Eddy & Taufiqurrahman, Irham. Manfaat terapi oksigen hiperbarik dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Downloaded from http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=732 .Diakses tgl 4 Oktober 2009
2 Kalangi, Sonny JR. Peran Kolagen Pada penyembuhan Luka. Dexa Media. 2004; (17): 4
3Alimul, A.A.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2.Jakarta: Salemba Medika.
4Cotran, R.S., Kumar, V., Robbins, S.L. 1997. Basic pathology, 6th Ed. Michigan: W.B. Saunders Co.
5Fishman,Tamara.D. 1995. Phases of Wound Healing. Downloaded from http://www.medicaledu.com/phases.htm diakses tgl 3 Oktober 2009
6Yajima, T. 1988. Collagen Remodelling In Wound Healing by Gingival Fibroblasts in Vitro. Adv Dent Res.1988; 2(2):228-233
7Vernino, A.R., Gray, J., Hughes, E.. 2007. The Periodontic Syllabus, 5th Edition
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
8Choi, Eun-Mi and Hwang, Jae-Kwan. Anti-inflammatory, analgesic and antioxidant activities of the fruit of Foeniculum vulgare.Fitoterapia. 2004 ;75(6):557-65
9Sentra informasi IPTEK.2005.Tanaman Obat Indonesia. Downloaded From Http://Www.Iptek.Net.Id/Ind/Pd_Tanobat/View.Php?Mnu=2&Id=106 Diakses tanggal 5 Oktober 2009
10Gulfraz, M., M. Arshad, N. Uzma, Kanwal and K. Shabir,. 2005. Comparison in Various Bioactive Compounds of Leaves and seed of Foeniculum Vulgare Mill.
11Barros, L., Heleno, S.A., Carvalho ,A.M., and Ferreira, I.C.F.R. Systematic evaluation of the antioxidant potential of different parts of Foeniculum vulgare Mill. from Portugal.
Elseivier, Food and Chemical Toxicology.2009; (47): 2458-2464
12Rachmawati, N. dkk. 2006. Re-Epitelisasi,Kepadatan Fibroblast Dan Serabut Kolagen Pada Proses Penyembuhan Luka Gingiva Labial Tikus Sprague dawley Setelah Pemberian Topikal Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) 50%.
13Kanzaki, T., Morisaki, N., Shiina, R., Saito, Y. Role of Transforming Growth Factor-β Pathway in the Mechanism of Wound Healing by Saponin from Gingseng Radix rubra. British Journal of Pharmacology. 1998: 125:255-262.

defensive becomes offensive

pernah ga lo ngerasa tercunang di suatu komunitas…trus akibat sikap defensif didiri lo lalu muncul bentuk tindakan offensive, sebagai bentuk kekecewaan lo kepa lingkungan di sekitar lo…ok memang itu natural tapi perlu ketahui ga semua salah yang ada dihidup lo itu karena faktor X…coba lo llihat dir lo sendiri, apakah lo emang berkompeten dan cukup berkontribusi penuh terhadap lingkungan lo,…jangan selalu lihat salah dari lingkungan dan jangan egois dengan prinsip ke”AKU”an..dan jangan pernah lupa..MULUTmu HARIMAUmu…
calm down!!!

STOP YELLING PLEASE!

Cewek merupakan makhluk ciptaan tuhan yang diberikan kelebihan2 tertentu untuk dapat memikat lawan jenisnya..
Contohnya aja suara wanita yg lebih nyaring dan merdu dibanding pria, fisik yg lebih memiliki variasi yg lebih memikat(bagian pinggul,dada,bentuk/garis wajah yg lembut,dsb)
Namun banyak sekali penyimpangan yang dilakukan wanita oleh karena memiliki modal lebih dan tidak didukung dengan moral yg cukup.
Contoh nyata,hari ini gw naik kereta ke jogja,kelas bisnis ber4 sama temen kampus gw.duduk dikursi 3&4 c-d.
Diseberang kursi kita 3&4 a-b,ada sekelompok kecil wanita yg akan pergi kejogja untuk liburan..
Selama perjalanan mereka yg mereka lakukan berteriak2 untuk memancing perhatian lawan jenisnya hingga melakukan pose foto berpelukan dgn teman lelakinya ,mungkin terlihat simple, dan klo diruntun kepada tagline jaman sekarang itu yg gaul,yg ga gitu cupu alias jadul..
Ok..berpendapat hak asasi manusia bahkan dilindungi di uud 1945..
tapi dibalik tagline yg ada saat ini gw selalu
Inget sama pesen bapak gw..
“wanita ibarat kertas putih,semakin sering dipakai akan lecek dan ga ada yg mau memakainya lagi”
Pesan ini disampaikan bapak gw sebelum gw kuliah dijogja..
Dari pesen diatas gw yang melihat tingkah laku kursi tetangga tadi menjadi prihatin dengan wanita sekarang yg mudah mengobral terhadap sembarang lelaki,,hingga jika awalnya mereka kertas putih sampai entah masi utuh tidak kertas tersebut.
Sebagai wanita yg mungkin pernah atau akan melakukan tindakan2 yg dapat merendahkan nilai derajat kalian,ingat laki2 baik akan mendapat wanita baik2 pula..
Jika kalian dr muda sudah mengikuti gaya bergaul ala barat,jangan mengharap mendapat laki2 baik diakhir..kedengeran sangat konservatif tp itulah prinsip dasar yg tak dapat dimodifikasi!